Ornamen Dan Nilai-Nilai Karakter Cerita Pancatantra Pada Relief Candi Mendut Dan Candi Sojiwan

Waluyo Waluyo

Abstract


Penelitian ini didasarkan pada cerita bertema pañcatantra di Candi Mendut dan Candi Sojiwan yang mengandung nilai moral luhur dalam membentuk karakter seseorang, namun belum dimanfaatkan secara optimal, serta belum adanya penjabaran komprehensif persamaan dan perbedaannya pada kedua candi, baik pada ornamen dan analisis reliefnya maupun karakter yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ornamen dan nilai-nilai karakter cerita pañcatantra yang terdapat di Candi Mendut dan Candi Sojiwan. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan metode penelitian arkeologi yang mendasarkan pada analisis ikonografi. Relief bertema pañcatantra dilakukan analisis ikonografi dari segi narasi, bentuk, morfologi, teknologi, dan kontekstual. Data bersumber dari Candi Mendut dan Candi Sojiwan yang terpahat banyak relief bertema pañcatantra yang mengandung nilai-nilai karakter. Keabsahan data ditempuh melalui peningkatan ketekunan, diskusi dengan sejawat dan ahli, triangulasi, di samping proses dependability, transferability, dan confirmability. Analisis data menggunakan analisis relief sebagai bagian dari analisis ikonografi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) relief cerita fabel bertema pañcatantra yang terpahat pada Candi Mendut dan Candi Sojiwan yaitu "Garuda dan Penyu", "Buaya dan Kera", "Gajah dan Tikus Pengerat", "Kepiting dan Bangau", "Burung Berkepala Dua", dan "Serigala dan Lembu"; sedangkan cerita yang hanya terdapat pada Candi Mendut yaitu "Ular dan Luwak", "Penyu dan Angsa", "Seekor Kera", "Brahmana, Ular, dan Kepiting", "Rusa, Macan, dan Kera", "Ular dan Manusia Terbang", "Kera Pemarah", "Macan, Kera, dan Kambing", "Dua Rusa", dan "Kucing dan Tiga Tikus"; serta cerita yang hanya terdapat di Candi Sojiwan yaitu "Singa dan Manusia", "Serigala dan Manusia", "Anjing dan Manusia", dan "Gajah dan Kambing"; (b) persamaan ornamen relief pañcatantra pada Candi Mendut dan Candi Sojiwan mengambil bentuk monoscenic narratives, bentuk continuous narratives pada Candi Mendut; sebagian besar berbentuk empat persegi panjang, ada juga bentuk segitiga dan tak beraturan pada Candi Mendut; sedangkan pada analisis morfologi figur yang dipahatkan sebagian besar naturalis, pada Candi Sojiwan ditemukan tidak naturalis berupa garuda, hiasan kerang, dan kinnara; ukuran relief pada Candi Mendut bervariasi, pada Candi Sojiwan berukuran sama; pada kedua candi memiliki ukuran figur tokoh sentral yang diapit oleh hiasan flora dan atau fauna; dari segi teknologi, kedua candi termasuk kategori 

haut relief; analisis kontekstual kedua candi berbeda atas ditemukannya gana unik dan spesifik berupa gajah, singa, dan manusia menunggang singa di Candi Sojiwan; persamaannya yaitu terdapat makara dan gana dengan karakter yang sedikit berbeda; (c) nilai-nilai karakter cerita pañcatantra pada Candi Mendut dan Candi Sojiwan yang bernilai positif yaitu tanggung jawab, strategi, pengorbanan, pertolongan, kebersamaan, suka cita, usaha keras, kerja bertahap, belas kasih, balas budi, kebijaksanaan, persahabatan, saling menolong, persaudaraan, kecerdikan, berterima kasih, pemahaman sebab akibat, kesetiaan, kejujuran, kesabaran, tepat waktu, perjuangan, kewaspadaan, empati, dan siap menghadapi tantangan; sedangkan nilai-nilai negatif yang muncul di antaranya permusuhan, tipu daya, balas dendam, lupa diri, kesombongan, keras kepala, serakah, rakus, rencana jahat, pembunuhan, tipu muslihat, kebodohan, kekalahan, suka mengejek, kemarahan, mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin, bersama dalam kejahatan, kepura-puraan, keinginan lebih, iri hati, keinginan salah, dan menyia-nyiakan kesempatan.


Keywords


Candi Mendut, Candi Sojiwan, pañcatantra, ornamen, relief.

References


Dede Oetomo. 2013. Penelitian Kualitatif: Aliran & Tema. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternahf Pendekatan. Editor Bagong Suyanto & Sutinah. Jakarta: Kencana. Dehejia, Vidya. 1997. Discourse in Early Buddhist Art: Visual Narratives of India. New Delhi: Munshiram Manoharlal. Dewan Redaksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. 2008. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Thamal. 2015. Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kaelan. 1959. Petundjuk Tjandi: Mendut, Pawon, Barabudur. Jogjakarta: Djawatan Kebudajaan, Tjabang Bagian Bahasa. Prihatiningtyas. 2017. Kraton Ratu Boko: A Javanese Site of Enigmatic Beauty. Yogyakarta: PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko.

Made Taro. 2015. Kisah-Kisah Tantri. Denpasar: Sanggar Kukuruyuk. Mingun, Tipitakadhara, Sayadaw. 2009. Riwayat Agung Para Buddha: The Great Chronicle of Buddhas. Terjemahan Indra Anggara. Jakarta: GiriMangala Publications & Ehipassiko Foundation. Muchlas Samani & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pai, Anant. 1981. Panchatantra: Crows and Owls and Other Stories. Mumbai: Padmini Mirchandani for India Book House. Ryder, Arthur W. 1925. The Pandtatantra of Vishnu Sharma: English Translation. Chicago: The University of Chicago Press. Shivkumar. 2015. Stories From Panchatantra. New Delhi: Children's Book Trust. Soeharsono. 1969. Petuttjuk Singkal wank Bangunan Sidji Barabudur. Jogjakarta: Penerbit Taman Siswa. Sugiyono. 2007. Mentaltatni Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats